VIVAnews - Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo
Subianto menyatakan kebijakan sistem outsourcing harus dihapus. Sebab
outsourcing dinilai lebih banyak merugikan pekerja.
"Sistem
outsourcing bisa dihapuskan, tapi pelan-pelan dan bertahap dan langkah
awalnya yakni perubahan sistem pemerintahan dan manajemen penyelesaian
sengketa," kata Prabowo dalam seminar internasional Forum Serikat
Pekerja Metal Indonesia di Gedung YTKI, Jakarta Selatan, 5 Februari
2013.
Di hadapan perwakilan buruh se-Indonesia dan mancanegara
itu, Prabowo menuturkan, perubahan yang harus dilakukan yaitu pada
sistem pemerintahan yang selama ini hanya bertindak sebagai regulator
dan menyerahkan sepenuhnya kepada mekanisme pasar.
Kebijakan
pemerintah tidak "ikut campur" dalam penyelesaian sengketa, membuat
banyak perusahaan bangkrut dan nasib buruh terbengkalai. Pemerintah,
kata Prabowo, seharusnya turun tangan atau jika perlu mengambil alih dan
menjadi pelaku usaha demi menyelamatkan perusahaan dan buruh.
Dia
mencontohkan kebijakan yang pernah diambil Presiden Amerika Serikat
Barack Obama, dengan mengambil alih perusahaan mobil internasional
General Motor yang saat itu kondisinya bangkrut. "Salah satu
pertimbangannya jumlah buruh perusahaan itu sangat banyak," katanya.
Prabowo
menambahkan perubahan sistem pada pemerintahan harus juga dilakukan
dari sisi penghematan anggaran APBN dan menekan kebocoran pemasukan
negara. Sejumlah anggaran yang seharusnya bisa dihemat pada anggaran
APBN 2012 yakni, Anggaran Kontribusi Sosial Rp61 triliun, Perjalanan
Dinas Rp21 triliun, Bansos Rp61 triliun, Berbagai Subsidi Rp90 triliun
dan belanja lainnya Rp26 triliun. Total anggaran yang bisa dihemat
mencapai Rp259 triliun.
Kebocoran uang negara terlihat jelas
dari neraca ekspor tahun 1997-2011. Seharusnya Indonesia untung sekitar
375 miliar dollar dalam jangka waktu 15 tahun tersebut sebagai dana
cadangan negara. Ironisnya Bank Indonesia melansir dana Cadangan
Indonesia hanya 111 miliar dollar.
"Dari penghematan anggaran dan
kemampuan menekan angka kebocoran itu, dana bisa dialihkan untuk
kepentingan buruh, tani dan nelayan untuk bisa hidup layak," katanya.
Tahapan
lain yang perlu dilakukan yakni adanya perubahan sistem pimpinan di
perusahaan. Menurutnya, sejumlah perusahaan Jerman menempatkan salah
satu unsur buruh menjadi bagian dari pemimpin perusahaan. Unsur buruh
duduk bersama dan dilibatkan dalam menentukan arah kebijakan perusahaan
itu penting.
Langkah itu juga pernah dilakukan pada
perusahaannya ketika menghadapi kebangkrutan. Ia tidak mem-PHK sekitar 2
ribu karyawannya, namun mengajak berunding para buruh untuk tetap
bertahan dan membantu membangkitkan kembali perusahan itu.
"Direksi
perusahaan saya sudah menganjurkan agar kita PHK perusahan. Saya tanya
sama direksi berapa lama bisa bangkit, dia bilang dua tahun, lalu saya
ambil keputusan untuk tetap mempertahankan buruh," ujarnya.
Presiden
Forum Serikat Pekerja Metal Indonesia, Said Iqbal, berharap jika
Prabowo terpilih menjadi Presiden RI pada 2014 nanti, bisa mengubah
nasib buruh menjadi lebih sejahtera.
"Kalau bapak Prabowo jadi Presiden, kami berharap beliau mensejahterakan dan memperjuangkan nasib buruh," kata Iqbal. (sj)
No comments:
Post a Comment